KH Ahmad Wazir Ali 
(Katib Syuriah PCNU Jombang)
الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ التَّقْوَى خَيْرَ زَادٍ  وَاَنْعَمَ
 عَلَيْنَا بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَجَعَلَهُ اَحَدَ اَرْكَانِ الاِسْلاَمِ . 
اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَه اِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَه وَاَشْهَدُ 
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ  اَلْمَوْصُوْفُ
 بِالْخُلُقِ الْعَظِيْمِ . اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَ 
عَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَهْلِ التَّقْوَى وَالْمَعْرِفَة وَمَنْ 
تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ  اِلَى يَوْمِ الدِّيْن  قَالَ
 الله ُتَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ : شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ 
أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ هُدًا لِلنَّاسِ وَبَيِّنَتٍ مِنَ اْلهُدَى 
وَالْفُرْقَانِ ، فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَاْليَصُمْهُ ، وَمَنْ
 كَانَ مَرِيْضًا أوْ عَلىَ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أيَّامِ أُخَرَ ، اَمَّا
 بَعْدُ : اِتَّقُوا الله فِى جَمِيْعِ اَوْقَاتِكُمْ حَقَّ تُقَاتِهِ 
وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونْ
Hadharatal Muhtaromin, Sidang Jum’ah yang Dimuliakan Allah
Alhamdulillah dengan tidak terasa pada hari ini telah muncul kembali di hadapan kita, Bulan Ramadhan yang dipenuhi dengan berbagai macam berkah dan keutamaan. Marilah kita sambut kedatangannya, menghormatinya sebagai mana menghormati tamu.
 Sebab sabda Rasulullah SAW, ”Jika ummatku mengetahui nilai-nilai yang 
terkandung di dalamnya, pasti mereka berkeinginan supaya semua bulan 
dalam setahun terdiri dari Bulan Ramadhan seluruhnya.
Dari
 sini, marilah kita selalu menambah tingkatan nilai ketaqwaan terhadap 
Allah dalam situasi dan kondisi yang bagaimana pun juga.
Secara psikologis, apabila Bulan Ramadhan tiba, maka sikap kaum muslimin terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1). Kelompok
 yang bergembira, mereka sangat bersyukur dan bergembira lantaran masih 
ditakdirkan panjang umur oleh Allah, sehingga masih memiliki kesempatan 
bisa bertemu lagi dengan bulan suci, bulan agung yang penuh barokah, 
yakni Ramadhan.
2).
 Kelompok yang menggerutu. Mereka mengeluh dan sinis karena merasa tidak
 leluasa lagi seperti hari-hari biasanya. Tidak dapat makan-minum di 
siang hari, sehingga lapar dan haus, lemah dan sebagainya. Hal ini biasanya dialami oleh mereka yang imannya masih lemah.
Hadirin Jama'ah Jum'ah yang Berbahagia
Mengenai keutamaan Bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda:
قَدْجَاءَكُمْ
 شَهْرٌ مُبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ 
اَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغْلَقُ فِيْهِ اَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ 
فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ . رواه 
احمد والنسائى والبيهقى
“Sesungguhnya
 telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, di mana Allah mewajibkan
 kamu berpuasa, ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu setan-setan. Padanya ada suatu malam yang nilainya lebih berharga datri seribu malam. (HR Ahmad, Nasa'iy dan Baihaqiy).
Dalam Hadits lain dijelaskan bahwa: 
“Siapa
 saja yang melakukan amalan sunnah akan dilipatgandakan pahalanya, 
bagaikan melakukan kewajiban, yang melakukan amalan wajib pahalanya 
dilipatgandakan 70 (tujuh puluh) kali jika dibanding dengan amalan di luar Bulan Ramadhan, bahkan diamnya orang yang berpuasa pun, mendapatkan suatu pahala, sedang berdzikir dan beribadah akan lebih besar lagi pahalanya.
Dari kedua hadis tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa:
-
 Orang yang berpuasa memiliki peluang yang sangat besar untuk 
mendapatkan Surga, lantaran pintu-pintunya telah terbuka lebar, akan 
tetapi sebaliknya kemungkinan sangat kecil  masuk 
neraka lantaran pintu-pintunya telah tertutup rapat-rapat, bahkan 
tangan-tangan setan yang biasa menggoda manusia sudah dibelenggu.
- Dalam Bulan Ramadhan, ditemukan adanya malam qodr
 (Lailatul Qodar) yang nilainya lebih berharga dibanding dengan seribu 
bulan. Sehingga Rasulullah SAW sendiri mencontohkan beribadah semalam 
suntut dengan beri'tikaf di masjid, solat sunah lebih banyak, berdzikir 
dan berdo'a, membaca Al-Qur'an dan membaca berbagai ilmu keagamaan.
Saudara-saudara Sekalian
Jika dihitung, 1000 bulan itu, ternyata ada 84 tahun. Karenanya, siapa saja yang beibadah di malam Ramadhan dan kebetulan bersamaan dengan Lailatul Qodar, maka dia mendapatkan pahala bagaikan beribadah 84 tahun. 
Alangkah banyaknya pahala itu, sehingga beliau SAW menyatakan dalam Haditsnya, "Intai-intailah di malam ganjil pada sepertiga terakhir Ramadhan". 
Pada
 Bulan Ramadhan yang suci dan agung ini, kita semua diperintahkan oleh 
Allah SWT. supaya menjalankan kewajiban Puasa sebulan penuh dengan cara 
menahan dahaga dan lapar, menahan nafsu dan menjauhi semua ucapan kotor.
 Selain itu kita juga dianjurkan untuk selalu memperbanyak membaca 
ayat-ayat Al-Qur’an dan mendirikan shalat sunnah malam. 
Sebab
 di dalam keadaan lapar dan dahaga, shalat malam dan membaca Al-Qur’an 
itu, bermanfaat sekali untuk menanamkan rasa kesadaran bahwa orang yang 
berpuasa itu tidak hanya merasakan lapar saja, tetapi untuk membina 
ummat supaya jiwanya subur, bersih dan sehat.
Rasulullah SAW :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa
 saja yang telah melakukan kewajiban puasa dengan keimanan yang mantab 
dan penuh perhitungan, maka diampunilah dosa-dosa yang telah dikerjakan 
sebelumnya.” 
Sekalipun demikian yang perlu diketahui bersama adalah, bahwa dalam menghadapi puasa ini, orang-orang islam  terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1).
 Puasa karena iman dan taqwa hanya kepada Allah, seakan-akan apa yang 
sedang dan akan ia kerjakan, Allah selalu mengetahuinya, sebagaimana 
sabda Nabi SAW:
اَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ 
“Ia beribadah hanya kepada Allah seakan-akan ia melihat-Nya dan jika tidak, maka Allah pasti melihatnya.”
2). Puasa karena malu pada orang yang disegani, sehingga yang didapat
 kelompok ini hanyalah lapar yang tidak dapat mempengaruhi prilaku 
perbuatan sehari-harinya, akibatnya ia tertipu oleh diri sendiri, 
sebagaimana firman Allah :
يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا وَمَايَخْدَعُوْنَ اِلاَّ اَنْفُسَهُمْ وَمَايَشْعُرُونَ
3). Kelompok Puasa orang yang tidak malu untuk tidak berpuasa, sehingga hal ini seperti apa yang disabdakan oleh Nabi SAW :
 اِذَالَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ 
“Jika tidak malu, maka berbuatlah sekehendakmu.”
Hadirin Sidang Jum’ah Rahimakumullah
Karena
 sebab-sebab itulah, Bulan Ramadhan sering disebut sebagai “bulan 
pembakaran dosa, bulan pelebur dosa atau bulan pemutihan.” Orang yang 
dengan sempurna menyelesaikan puasanya di bulan Ramadlan akan suci dan 
bersih dirinya dari dosa dan noda. Kaum Muslimin diperintahkan agar melipatgandakan amaliyah kebajikan dan menghentikan segala bentuk tindakan yang berbau keburukan. Sehingga setelah Ramadhan berlalu nantinya, seorang  Mukmin menjadi bagaikan bayi yang baru saja lahir dari kandungan ibunya, putih suci kembali tanpa dosa.
Karenanya,
 marilah kita memperbanyak membaca ayat-ayat Al-Qur'an, baik dalam 
sistem tadarrus bersama di Masjid-masjid dan Musholla maupun di rumah 
masing-masing. Begitu juga mengikuti pengajian-pengajian yang biasa 
dilakukan para ulama di berbagai tempat, baik menjelang berbuka maupun 
setelah jama'ah sholat shubuh dan sebagainya.
Saudara Hadirin yang Dirahmati Allah, 
Menurut imam al-Ghozali, kualitas berpuasa itu ternyata terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
Pertama: puasa yang sekedar mempuasakan tenggorokan dan perut,
 tanpa mempuasakan pancaindra lain. Mulut masih saja berbicara kotor, 
bohong, adu domba dan fitnah, mata masih saja dipakai melihat sesuatu 
yang tidak 
senonoh, bahkan tangan masih saja dipakai untuk mengambil hak orang 
lain, baik dengan cara memanipulasi data dalam wujud korupsi maupun 
bentuk lainnya yang sangat variatif. Begitu juga telinga yang masih banyak dipakai untuk mendengarkan hal-hal yang terlarang, 
Rasulullah SAW mensinyalir kondisi demikian dalam sabdanya :
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلاَّ الْجُوْع وَالْعَطَشُ
Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan pahala apa pun kecuali hanya lapar dan haus.
Kedua:
 Puasa khusus, yakni selain menahan lapar dan haus, orang tersebut juga 
mempuasakan pancaindranya, dengan tidak mau melakukan perbuatan yang 
menyeleweng atau menjauhkan dirinya dari rahmat Allah.
Ketiga: Puasa yang paling istimewa, yaitu di samping
 tidak makan-minum dan mempuasakan pancaindera, ia juga mempuasakan hati
 nuraninya dari semua bentuk gerakan batin yang tercela. Dan seperti 
inilah yang akhirnya kita pilih, dan dengan bersungguh-sungguh akan berusaha kita capai.
Karena
 para hamba Allah yang menunaikan ibadah puasa dalam Bulan Ramadhan dan 
memperbanyak ibadah-ibadah yang lain, ia akan mendapatkan kebahagiaan, 
baik dunia maupun akhirat. Semoga dengan kedatangan bulan Ramadhan cinta
 kita kepada Allah akan semakin bertambah serta kita dikaruniai 
keikhlasan dalam menjalankan semua bentuk perintah dan menjahui segala 
larangan Allah. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan-kemudahan 
urusan dan berkah kepada kita. Amin yaa robbal 'alamin
اِنَّ
 اَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَاَبْيَنَ النِّظَامِ كَلاَمُ اللهِ الْمَلِكِ 
الْعَلاَّمِ وَالله تعالَى يَقُوْلُ وَ بِقَوْلِهِ يَهْتَدِى 
الْمُهْتَدُوْن  اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم  تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبَّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَع الْفَجْرِ 
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الايَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ  وَتقَبَّلَ
 مِنِّى وَاِيَّاكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم 
اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم لِى وَلَكُمْ 
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ 
وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Hormati Ramadhan Sebagaimana Menghormati Tamu
![Hormati Ramadhan Sebagaimana Menghormati Tamu]() Reviewed by Khutbah NU
        on 
        
11.56
 
        Rating:
 
        Reviewed by Khutbah NU
        on 
        
11.56
 
        Rating: 
       
 
 
 
 
Tidak ada komentar: